SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Senin, 07 Oktober 2013

Analisis Psikologis Tokoh Utama dalam Novel " Jalan Hikmah Menuju Cinta" karya Iin Yakub #


NUR MINA
NIM: A1D1 11 008

NAMA                                 :    Harfuddin.
NOMOR STAMBUK          :    A1 D1 06 029
 PROGRAM STUDI            :    Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
JUDUL PENELITIAN         :    Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel                        
                                               “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya Iin Yakub.
DOSEN PEMBIMBING    :    I.   Drs.La Ode Balawa dan
                                                            II.  La Ode Syukur, S.Pd,M.Hum.
TAHUN SKRIPSI              :     2011.


ABSTRAK
    Harfuddin A1D1 06 029 Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Seni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian ini berjudul Analisis Psikologis Tokoh Utama dalam Novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya Iin Yakub. Sastra merupakan ekspresi kegelisahan pikiran dan perasaan manusia, individu, pengarang yang mengungkapkan perikehidupan masyarakat di sekelilingnya, memantulkan potret zamannya, dan menegaskan harapan-harapan, visi, atau bahkan kecemasan tentang masa depan kehidupan masyarakatnya. Sastra seperti hanya bahasa merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia yang dalam novel ini pada intinya menceritakan tentang perjalanan cinta Rian dan Tia Rhiani yang sangat panjang yang harus mereka tempuh bersama yang sampai pada akhirnya mereka menyadari sendiri begitu dalamnya cinta diantara mereka berdua dimana Tia pernah meninggalkan Rian tanpa ada berita apapun yang sampai pada akhirnya mereka dipertemukan kembali dalam situasi yang berbeda dengan jalan hikmah yang mereka tempuh dan lalui bersama sampai pada akhirnya cinta mempersatukan mereka berdua.
    Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana aspek Psikologis dan karakter tokoh utama dalam novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya Iin Yakub. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aspek psikologis tokoh utama dalam novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya Iin Yakub.
    Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah secara unsur cerita yang berkaitan dengan analisis aspek psikologis tokoh utama dalam novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya Iin Yakub. Sumber data penelitian ini adalah teks novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta z” karya Iin Yakub. P.T Elex Media Komputindo : 2010 (cetakan pertama). Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian iniadalah teknik baca dan catat. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan psikologis dengan teori psikoanalisis.
    Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh informasi bahwa : 1. Alur yang digunakan dalam novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya Iin Yakub adalah kilas balik dimana urutan kronologis peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam novel ini diselingi dengan peristiwa yang sebelumnya, latar dari novel ini secara umum berada di Palembang yaitu tepatnya di Desa Pagar Alam, tokoh utama dalam novel ini adalah Rian dan Tia Rhiani. 2. Tokoh Rian dalam novel ini hanya mengalami dua kecemasan saja dalam gejala psikologis yaitu : kecemasan neoritis dan kecemasan moral, sedang tokoh Tia dalam novel ini mengalami gejala psikologis yaitu memiliki ketiga kecemasan tersebut yaitu : kecemasan realitas, neuritis dan moral.
Kata kunci : Psikologis Tokoh Utama
1.     PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Sastra merupakan ekspresi kegelisahan manusia dan perasaan manusia, individu, pengarang yang mengungkapkan perikehidupan masyarakat di sekelilingnya, memantulkan potret zamannya dan menegaskan harapan-harapan, visi atau bahkan kecemasan tentang masa depan kehidupan masyarakatnya. Sastra seperti halnya bahasa merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreatifitas manusia.
Menurut Wellek dan Werren (1899:25-26), fungsi karya sastra dari kurun waktu yang lain pada dasarnya sama. Pendapat Horace dan Eustin mengemukakan bahwa karya sastra baik mengundang dulce et utile keindahan dan kemanfaatan. Oleh Karena itu, proses pembentukan karya saatra selalu memerlukan perenungan kreatif dan kritis sehingga hasilnya adalah bentuk karya sastra yang layak untuk di konsumsi.
Novel merupakan bantuk karya sastra fiksi. Diantaranya terdapat unsur-unsur yang membangunnya yakni unsur instrinsik dan ektrinsik. Unsur instrinsik dapat diartikan sebagai unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang mempengaruhi karya sastra dari luar, tetapi secara tidak langsung berpengaruh pada bangunan atau sistem  organisme karya sastra.
Novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya lin Yakub merupakan sebuah novel yang berlatar di Sumatra Selatan tepatnya di kota Palembang. Novel ini bertutur tentang perjalanan cinta yang sangat panjang yang harus ditempuh oleh sepasang kekasih yang berstatus sebagai seorang mahasiswa di Fakultas Tehnik di Universitas Sumatra Selatan. Sepasang kekasih itu yaitu Rian dan Tia yang sampai akhirnya mereka dengan sendirinya dapat menyadari bahwa dalamnya cinta diantara mereka. Tia yang meninggalkan Rian tanpa berita apapun sampai pada akhirnya pula mereka dapat bertemu kembali dalam suasana dan keadaan yang berbeda sama sekali dan jalan hikmah mereka telah di lalui bersama dan sampai akhirnya cinta menyandingkan mereka berdua. Salah satu hal yang menarik dalam novel “Jalan hikmah Menuju Cinta” karya Lin Yakub adalah tokohnya yang ada dalam novel ini, dari aspek psikologis, sangat menarik untuk dikaji. Jalinan cinta antara Rian dan Tia yang menempuh perjalanan yang amat sangat panjang dan membawa mereka menyadari dengan sendirinya betapa dalam cinta diantara mereka yang tanpa mereka sadari. Tia pernah meninggalkan Rian tanpa berita apapun, namun pada akhirnya jalinan cinta mereka terbangun kembali.

1.2    Kajian Teori
1.2.1 Unsur-Unsur Novel
Secara etimologi, skal novel berasal dari bahasa Latin novellus yang berarti “baru”. Dikatakan batu karean jika dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya sperti puisi, drama, maka novel muncul kemudian. Tarigan (1985:164).
Wellek mengemukakan bahwa novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, misalnya surat, biografi, karonik atau sejarah. Jadi novel berkembang dari dokumen-dokumen dan secara statistik menekankan peristiwa detail dan bersifat dinamis. Namun novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologis yang lebih mendalam.
1.2.2 Fakta-fakta Cerita
a. Alur Cerita
Stanton (Pradopo, 2002:76) fakta-fakta dalam sebuah cerita meliputi karakter tokoh-tokoh, alur dan latar. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya, eksitensinya dalam sebuah novel.
Menurut Baridin (1985:44), plot atau alur merupakan tulang pungggung yang menentukan kita memahami cerita dengan segala sebab akibat didalamnya. Bila ada yang terlepas dari pengamatan, tentu kita tidak dapat memahami kemunculan sebuah peristiwa atau kejadian yang lain. Tarigan (1985:125) mengemukakan bahwa plot atau alur adalah struktur gerak dalam cerita yang bergerak dari suatu permulaan, pertengahan, hingga pada suatu akhir cerita.
b. Latar Cerita
Menurut Santoso (1995:113) latar adalah gejala keterangan petunjuk dan pengakuan serta pengakuan yang berkaitan dengan ruang, dan waktu selain itu juga suasana yang menjadikan sebuah suasana terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra. Latar banyak memberikan informasi kepada pembaca mengenai peristiwa apa saja. Secara singkat dapat dikatakan Brook (dalam Tarigan 1985:36) latar adalah luar belakang fisik, keadaan alam, unsur tempat dan ruang dalam sebuah cerita.
      c. Tokoh dan Penokohan
Menurut Sudjiman (1992:16) yang dimaksud dengan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam berbagai cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi tidak jarang juga berwujud binatanga atau benda yang diinsankan. Tokoh dalam cerita selalu ada yang relevansinya dengan pembaca, artinya tokoh cerita relevan dengan pembaca atau pengalaman pembaca. Adapun yang dimaksud dengan penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan watak tokoh.
Analisis tokoh dan penokohan dalam sebuah novel tidak akan terlepas dari unsur-unsur yang lainnya. Dalam menganalisis tokoh dan penokohan akan dihubungkan dengan unsur latar, bentuk dan kondisi tubuh sang tokoh serta kondisi sosial tokoh. Unsur-unsur tersebut akan membantu dalam menganalisis penokohan dalam sebuah novel. Unsur latar akan mempengaruhi watak tokoh demikian pula dengan unsur lainnya misalnya unsur sosialnya.
Tokoh sentral dan tokoh bawahan dalam sebuah cerita meruapakan tinjauan tokoh yang dilihat dari aspek intensitas untuk mempengaruhi alur cerita tersebut dengan tokoh utama. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjiman (1992:17) bahwa yang menentukan seorang menjadi tokoh utama bukan disebabkan oleh frekuensi kemunculan  tokoh itu didalam cerita, melainkan identitas keterlibatan tokoh di dalam peristiwa yang membangun cerita.
1.2.3 Analisis Novel
Novel merupakan struktur organisme yang kompleks unik dan pada umumnya mengungkap sesuatu dengan cara tidak langsung. Hal inilah yang antara lain menyebabkan sulitnya membaca dan menafsirkan novel. Menganalisis novel merupakan suatu usaha manusia untuk memahami suatu isi novel tersebut baik yang berhubungan denagn unsur instinsik maupun yang berhubungan dengan unsur ekstrinsik. Menganalisis novel dimaksud untuk  memahami secara lebih baik suatu karya satra yang bersangkutan di samping itu untuk membantu menjelaskan kepada pembaca yang kurang dapat memahami karya itu (Nurgiantoro 1995:32).
1.2.4 Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis berasal dari bahasa  Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologis berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik jenis-jenis gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
Murphi (dalam wahid 1980:9) menemukan bahwa psikologis adalah ilmu yang dipelajari respon yang diberikan makhluk hidup terhadap lingkungannya. Definisi tersebut tidak jauh beda dengan pendapat Wirawan (dalam Wahid 1976:4) bahwa psikologis adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
1.2.5 Psikolanalisis
Freud (1923:32) yang untuk pertama kalinya Freud melukiskan suatu teori baru tentang suasana hidup psikis. Seperti sudah diketahui dalam susunan pertama ia membedakan dalam dua system sebagai berikut: sistem sadar prasadar, di samping sistem prasadar.
a.    Pandangan Baru Tentang Kecemasan
Pendekatan psikologis banyak bersandar kepada psikoanalisis yang dikembangkan Freud setelah melakukan berbagai penelitian terhadap id,ego, dan superego dalam diri manusia yang menyebabkan manusia selalu berada dalam kedaan berperang dalam dirinya, resah, gelisah, tertekan dan lain-lain, apalagi terdapat ketidaksamaan dalam unsure tersebut. Didalam pelaksanaan pendekatan psikologis dalam penelitian sastra hanya diambil bagian-bagian yang berguna dan sesuai saja yang diambil dari teori psikoanalisis.
1.2.6 Psikologis dan Sastra
Tarigan (1995:3) memberikan definisi tentang sastra sebagai suatu pembayaran atau pelukisan kehidupan dan pokiran imajinatif keadaan bentuk-bentuk dan struktur-struktur bahasa wilayah yang bahasanya meliputi kondisi insani manusia, yaitu kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan. Dengan demikian perkembangan tentunya tidak terlepas dari kehidupan pengarang memberikan karakterisik kepada para tokoh yang ada dalam karyanya. Untuk itu, aspek psikologis tokoh dalam sebuah karya sastra belum tentu menjadi akspresi psikologis pengarangnya.
1.2.7 Aspek Psikologis dan Tokoh
Tokoh tidak kalah menarik dalam studi psikologis sastra. Tokoh adalah fikur yang dikenal dan sekalikus mengenai tindakan psikologis. Dia adalah “eksekutor” dalam sastra jutaan rasa akan hadir dalam tokoh. Saya menyatakan jutaan rasa, karena aspek psikologis ini tidak terbatas. Titik rasa ini bahkan ada yang dipengaruhi oleh kramadangsa (keakuan). Karena itu, mempelajari tokoh memang akan mampu menelusuri jejak psikologisnaya. Namun, penelitian tokoh yang bernuansa psikis akan berpijak pada psikologis sastra.

a.    Kecemasan
Dalam proses interaksi muncul kecemasan dalam individu, yaitu perawsaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntutan internal tidak dapat dipenuhi dengan baik. Dari semua emosi, kecemasanlah yang paling lajim dialami. Kecemasan bahkan lebih lajim dibandingkan kemarahan.
Freud (dalam Suryabrata, 2002:138-139) mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan pada individu, yakni kecemasan realistis, kecemasan neoritis dan kecemasan moral.
Menurut Sumianto A. Sayuti (dalam Sarumpaet, 2002:X) terdapat korelasi positif antara pembelajaran sastra dan pembelajaran bidang studi lain. Apabila pembelajaran sastra dilakukan  dengan kreatif, serba dipercaya bahwa sastra hanyalah sarana yang menghantar siswa kejenjang kedewasaan. Untuk itu sastra perlu diperkenalkan pada msiswa agar mereka sadar akan adanya sastra sebagai bagian dari kesanggupan berbahasa. Oleh karena itu, kurikulum serta pengajar bahasa perlu membangkitan minat terhadap sastra sehingga terbentuk sikap menghargai dan membutuhkan sastra pada para siswa.
2.      METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau meyajikan data berdasarkan kenyataan-kenyataan secara objektif sesuai data yang ditemukan. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif karena data tidak diolah dengan menggunakan prinsip-prinsip statistik tetapi berpedoman pada teori-teori sastra yang mendukung penelitian ini adalah penelitian kepustakaan.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologis dengan teori psikoanalisis. Pendekatan psikologis adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik jenis-jenis gejalanya, prosesnya, maupun latar belakang. Psikologis dalam analisis sastra adalah pendekatan yang menelaah sasatra yang menekankan pada segi-segi kejiwaan dan tingkah laku manusia yang terdapat dalam suatu karya sastra. Muncul pendekatan psikologis dalam karya sastra disebabkan oleh meluasnya perkenalan ahli-ahli sastra dengan ajaran-ajaran freud yang muali diterbitkan dalam bahasa inggris, dalam decade perang dunia II (Wahid, 2004:135).
3.     HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
3.1 Analisis Alur
Cerita diawali Rian Tia sama-sama masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Selatan.  Di Fakultas tersebut Rian dikenal sebagai mahasiswa yang kritik dan tegas dan mempunyai kepribadian yang baik, sedangkan Tia dikenal sebagai seorang mahasiswi yang cerdas dan memiliki keterampilan serta ulet dan tekun dalam bekerja. Setelah menyelesaikan studi mereka masing-masing mereka memutuskan untuk kembali ke halaman mereka masing-masing dan bekerja di kantor disebuah perusahaan yang sama milik Purnama Grup.
Maka dari pertemuan yang kedua itu pula rasa cinta Rian terhadap Tia makin bertambah. Namun sampai saat ini Rian belum mampu untuk mengutarakan perasaannya terhadap Tia. Seiring berjalannya waktu, dengan penyelesaian proyek yang di tangani oleh Rian dan Tia yang langsung di awasi oleh Ivan yang ternyata diam-diam sangat menyukai Tia. Ia pun sempat mengutarakan perasaannya pada Tia namun belum ada jawaban pasti. Akan tetapi perasaan Ivan diketahui oleh Rian yang merupakan sahabatnya sendiri.
Dari konflik tersebut Ivan merasa bersalah dan akhirnya ia pun meminta maaf kepada Rian yang tetap pada pendiriannya untuk mendapatkan cinta sejatinya.
Dari semua kejadian yang penuh perjuangan untuk menyelesaikan proyek yang mereka kerjakan maka Rian pun menyatakan isi perasaannya pada Tia. Dengan jalan hikmah yang mereka tempuh dan mereka lalui bersama sampai akhir cinta menyandingkan mereka berdua.
3.2 Analisis Unsur Latar
Secara umum yang menjadi latar utama peristiwa-peristiwa dalam novel ini adalah di Palembang Sumatra Selatan.
Unsure latar dalam novel ini bervariasi ada kalanya pada pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari. Berikut kutipannya.
“Siang itu jarum jam 13.00 dan terasa berjalan amat lambat. Materi rapat tidak menjadi penting untuk di bahas dan dibicarakan dengan intens dan konsentrasi persiapan kegiatan rihlan akbar pun sudah tidak dipusingkan lagi, pada hari H pelaksanaan tidak sampai sepuluh hari lagi. Kehadiran rian dan bunga mawarnya sangat mewarnai dan member  keceriaan semua pengurus HMJ dan panitia”.

Kutipan tersebut menggambarkan latar waktu terjadinya suatu kegiatan di kampus Universitas Sumatra Selatan yaitu tepatnya di ruang HMJ. Dengan menampilkan waktu terjadinya suatu peristiwa yang membahas tentang pelaksanaan persiapan kegiatan rihla akbar.
3.3 Analisis Tokoh dan Karakter Tokoh
3.3.1 Tokoh Rian
Dalam novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” karya Iin Yakub tokoh Rian adalah tokoh protagonis. Dimana perannya sebagai seorang yang terpelajar dan mempunyai kepribadian yang baik dan berbudi pekerti yang luhur dan sangat santun kepada siapa saja. Berikut kutipannya,
“bersabarlah saudara-saudaraku, panasa yang kita rasakan siang ini akan berganti dengan kesejahteraan, kebencian yang kita rasakan pada kebijakan para penguasa negeri adalah bukti cinta kita pada bangsa ini. Mari kita melangkah! HIDUP MAHASISWA… HIDUP MAHASISWA… HIDUP RAKYAT… JAYALAH BANGSAKU!!! ALLAHHU AKBAR!!!!.
Berdasarkan kutipan di atas tokoh Rian dalam novel “Jalan Hikmah Menuju Cinta” selalu melakukan tindakan yang membela rakyat dan mengkritik setiap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat yang merupakan sifat utamanya yang telah ada pada dirinya.
Tokoh Rian dalam novel ini diceritakan juga memiliki perasan kepada seorang wanita meskipun ia sendiri belum mampu untuk menyatakan isi perasaannya kepada wanita yang tidak lain adalah Tia sahabatnya sendiri. Berikut kutipannya,
“maaf Tia aku tak tahu. Hm.. biarlah kamu menangis toh masih ada tempat kamu mengadu.
Kutipan tersebut menggambarkan tentang bagaimana sebenarnya perasaan Rian kepada Tia wanita yang selama ini ua sangat sukai meskipun pada saat itu ia sempat melukai perasaan wanita itu. Namun ia masih suka dan tidak ingin kehilangan dia.
3.3.2 Tokoh Tia Riani
Tokoh Tia dalam novel ini diceritakan sebagai seorang mahasiswi yang sangat cerdas, memiliki keterampilan yang baik serta sangat ulet dalam bekerja dan santun terhadap sesama. Ini dibuktikan dengan hamper rampungnya semua kegiatan yang ia kerjakan dan ketika Rian menanyakan semua kegiatan maka Tia pun menjawab bahwa masih ada satu kegiatan yang belum terlaksana yakni turnamen pertandingan basket antar Fakultas. Berikut kutipannya,
“masih ada satu ploker lagi yang belum. Pertandingan basket antar Fakultas. Proposalnya udah selesai, afwan pake tanda tangan Kiemas soalnya nggak sempat ke rumah sakit. Bulan depan kita SUM (Sidang Umum Mahasiswa)” ungkap Tia.

Dari kutipan diatas terlihat jelas seorang Tia sangat dipercaya dalam mengelola setiap program kerja yang ada dalam BEM, sehingga tidak salah ia diangkat sebagai sekretaris BEM.
3.4 Analisis Aspek Psikilogis Tokoh
Dalam novel ini tidak ditemukannya cerita tentang tokoh Rian yang mengalami suatu kecemasan realitas melainkan hanya menceritakan tokoh Rian yang menaruh perhatian lebih pada Tia yang pada awalnya ia ragu untuk mengucapkannya yang namun pada akhirnya ia memberanikan diri pula dalam mengutarakan isi perasaanya dalam sebuah penggalan puisi yang ditulis dengan huruf kapital yang isinya sangat menyentuh isi perasan dari wanita yang disukai tersebut. Maka itulah sebabnya dikatakan bahwa tokoh Rian dalam novel ini tidak mengalami kecemasan realitas.
3.4.1 Kecemasan Neuritis Tokoh Rian
Kecemasan yang dihadapi oleh Rian juga melingkupi hal-hal yang kerap terjadi diluar kuasanya. Keadaan seperti ini sering diakibatkan oleh emosi dan kesalahan dalam mengeluarkan kata-kata yang tidak terkontrol dengan begitu baik. Berikut kutipannya.
“ Aku tidak pernah melihat suami dan anak-anakmu. Kapan mereka diajak kesini”
Kutipan tersebut menjelaskan tentang perkataan Rian yang menyinggung perasaan Tia yang mana perkataan tersebut ia keluarkan tanpa ia sadari bahwasanya perkataan tersebut akan menyinggung perasaan Tia sebab wanita yang selama ini ia idamkan sejak lama itu belum menikah dan apalagi mempunyai anak.
3.4.2 Kecemasan Moral Tokoh Rian
Diceritakan tokoh Rian dalam novel ini juga tak luput dari rasa bersalah akibat dari perbuatan yang ia lakukan. Perlahan-lahan hal tersebut hadir dan seolah-olah menjadikannya bagaikan terhukum yang dikarenakan melakukan kesalahan yang luar biasa beratnya. Terkadang dari keegoisan yang ia miliki yang tak mau berterus terang tentang bagaimana dirinya yang pada dasarnya ia sangat mencintai wanita tersebut meskipun ia tak pernah mengutarakan secara langsung dan tetap memilih untuk diam dan tetap membiarkan semuanya berlalu tanpa adanya suatu usaha dari dirinya sendiri untuk dapat mengutarakan perasaaanya secara langsung pada wanita yang ia sukai.
Namun kecemasan hati Rian kemudian pada akhirnya hilang dengan sendirinya setelah ia dapat mengungkapkan perasaanya yang selama ini ia pendam. Ia menyatakan perasaannya dengan menuliskan sebuah puisi untuk Tia yang tulisnya hanya sepenggal dan di tulis dengan huruf kapital. Berikut kutipannya,
“AKU MENCINTAIMU DALAM DIAM” ungkap Rian dalam puisinya
Kutipan tersebut merupakan bentuk perkataan yang menghilangkan kegelisahan dan kecemasan yang mana Rian pada dasarnya ragu akan cintanya terhadap Tia tak terbalas. Namun pada akhirnya Tia menerima cinta Rian dan sekaligus menghapus semua kegelisahan dan kecemasan realitas yang ada dalam diri Rian.
3.4.3 Kecemasan Realitas Tokoh Tia
Diceritakan dalam novel ini tokoh Tia merasakan kegelisahan untuk kedua kalinya ia bertemu kembali dengan Rian setelah sekian lama tidak bertemu dan mereka di pertemukan kembali dalam sebuah pekerjaan menyelesaikan sebuah proyek milik Purnama Grup. Berikut kutipannya,
“Rian? Sakit? Mungkinkah… Tia sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia mengenal seseorang dengan kriteria yang sama. Lelaki bernama Rian, paling anti dengan air hujan, tapi mungkinkah?” piker Tia.
Kutipan tersebut menggambarkan rasa kecemasan Tia tentang siapa Rian yang dimaksud oleh direktur perusahaan. Apakah Rian yang dimaksud sama dengan Rian teman kuliahnya dulu. Rasa penasaran pun muncul dalam diri Tia tentang sosok Rian. Hal itu merupakan sebuah bentuk kecemasan realitas yang terdapat dalam diri Tia.
3.4.4 Kecemasan Neoritis Tokoh Tia 
Kecemasan yang dihadapi oleh Tia juga melingkupi hal-hal yang kerap terjadi di luar kuasanya. Keadaaan ini sering di akibatkan oleh emosi dan kesalahan dalam mengeluarkan kata-kata yang tidak terkontrol dengan baik. Berikut kutipannya,
“sombong sekali dia, ini semua gara-gara kamu, mentang-mentang punya istri cantik, anak pintar, sekarang sudah berani mengejekku. Mulai hari ini kamu bukan sahabatku lagi kemana sahabatku saat aku membutuhkanmu, kemana sahabatku saat aku menunggak bayaran kos tiga bulan demi menebus obat-obat rumah sakitmu… “ gumam tia dalam hatinya dengan emosi.
Dari kutipan tersebut dengan jelas digambarkan bahwa Tia mulai member gambaran sendiri terhadap Rian bahwa Rian tidak lagi dapat dijadikan sandaran tempatnya memperoleh semangat dalam menyelesaikan masalah, semuanya berbeda dari biasanya.
3.4.5 Kecemasan Moral Tokoh Tia
Diceritakan tokoh Tia dalam novel ini juga tak luput dari rasa bersalah akibat dari perbuatan yang ia lakukan. Perlahan-lahan hal tersebut hadir dan seolah-olah menjadikannya bagaikan terhukum yang dikarenakan melakukan kesalahan yang luar biasa beratnya. Terkadang dari keegoisan yang ia miliki yang tak mau berterus terang tentang bagaimana dirinya yang pada dasarnya ia sangat mencintai pria tersebut.
Namun kecemasan hati tia hilang dengan sendirinya setelah Rian mengungkapkan perasaannya yang selama ini Rian pendam dengan meyerahkan sebuah kata puisi yang mempunyai arti yang sangat dalam bagi dirinya sendiri. Berikut kutipannya,
“Aku mencintaimu dalam diam” terang Rian dalam puisinya.
Dari uaraian penjelasan analisis tokoh tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwasanya tokoh Rian tidak mengalami kecemasan realitas, tetapi hanya mengalami kecemasan neorisis dan kecemasan moral yang melekat pada dirinya. Akan tetapi tokoh Tia dalam novel tersebut memiliki tiga kecemasan yang terdapat dalam teori psikoanalisis. 

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsuri.1991. Kamus Sastra Indonesia. Padang Angkasa Raya.
Baribin, Rahmina. 1985. Fiksi Novel Berbahasa Jawa. Semarang: IKIB Semarang Press.
Endraswara, Suwandi. 2008. Metode  Penelitian Karaya Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.
Freud. 1923. Psikoanalisis Sigmen Freud. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.
Iin Yakub,2010. Jalan Hikmah Menuju Cinta. Jakarta: P.T Elex Media Kamputindo.
Keraf, Goris. 1993. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Nurgisntoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Jogyakarta:Gajah Mada University Pres.
Rank, Otto. 1939. Psikoanalisis Sigment Freud. Jakarta: P.T Garamedia Pustaka Utama.
Pradotokusumo, Partini Sadjono. 2001. Pengkajian Sastra. Bandung: Wacana.
Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Moderen. Yogyakarta: Gama Media.
Sabri, M. Alisuf. 1933. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Snatoso, Puji.1995. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Nusa Indah.
Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang Angkasa
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumarjo, Jakop.1984. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarata: Gramedia.
Sutrisno, Mudji SJ. 1995. Filsafat Sastra dan Budaya. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Hendry Guntur.1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar