Lebaran idul adha tahun ini, sangat tidak menyenangkan buat aku. Kenapa? Karena semua orang di rumah pulang kampung. Sebenarnya tidak semuanya pulang kampung sih??... Tapi saat tiga hari sebelum lebaran, hari-hari yang biasanya akrab dengan keributan dan ocehan-ocehan satu sama lain tidak terdengarkan lagi. Aku katakana lebaran tahun ini lebaran yang sunyi dan sunyi.
Sebenarnya aku bingung ingin memulai cerita ini dari mana. Soalnya tidak ada kegiatan yang menyenangkan. Jalani hari-hari didalam rumah dan jarang keluar hirup udara segar atau pergi ke moll mandonga, pasar basah, tempat belanja lainnya atau tempat-tempat rekreasi. Intinya aku jarang keluar. Sungguh memilukan dan terkadang timbul rasa bosan. Tapi aku harus memaksakan diri untuk tetap bersemangat walaupun seperti terpenjara dirumah orang lain. Sungguh membosankan.
Baiklah aku akan mulai ceritaku dua hari sebelum lebaran, tepatnya hari minggu. Saat itu aku di ajak tanteku berbelanja bahan-bahan untuk membuat buras dan bumbu-bumbu untuk memasak daging ayam dan daging kurban. Aku memegang uang sekitar seratus ribu saat itu untuk persiapan jika nantinya aku akan berbelanja lebih. Setelah bolak-balik di pasar dengan mencari apa yang di butuhkan aku tidak sadar ternyata uang yang aku simpan di kantung celanaku tadi hilang. Aku tidak tahu kenapa uang tersebut bisa hilang. Huuuuuu.. aku mengeluh saat itu..??? sebenarnya uang itu bukanlah uangku, namun uang itu adalah uang pemberian tanteku yang punya rumah untuk belanja jika nanti kami di rumah kekurangan uang. Tapi uang itu telah hilang dan terpaksa aku harus menggantinya dengan uangku sendiri. Padahal uangku saat itu sudah menipis. Setelah selesai berbelanja aku dan tanteku pulang dan kemudian mulai membuat buras yang sudah di rencanakan. Walaupun pikiran sedang melayang kemanakah uangku yang hilang tadi aku dan tanteku harus tetap menyelesaikan pekerjaan ini. Seperti inilah ceritaku yang kurang menyenangkan hati. Hari lebaran orang-orang berbelanja, tapi aku malahan kurang hati-hati dalam menyimpan uang. Sungguh malang nasibku.
Kemudian aku akan bercerita saat lebaran tiba. Jujur ya? Sebenarnya aku kurang bersemangat bercerita tentang yang satu ini, walaupun pada suasana yang sama dan situasi yang berbeda, soalnya kurang menyenangkan. Namun demi kelengkapan jalan cerita ini aku harus menulisnya. Baiklah saat hari lebaran tiba aku dan spupuku mulai bergegas mandi agar tidak terlambat ke lapangan untuk menunaikan sholat idul adha. Menyetrika mukennah dan baju sudah kegiatan yang harus dilakukan untuk lebaran walaupun bukan baju baru. Kami pun beranjak dari rumah dan menuju lapangan untuk sholat id. Setelah sholat kami pun pulang dan seperti biasa tidak ada kegiatan yang dilakukan duduk dan nonton tv merupakan kegiatan yang turun temurun.
Menunggu senja di sore hari dengan suasana yang sunyi sepi aku dan sepupuku mulai memasak daging kurban yang memang sudah ada sejak siang yang di bawakan oleh pamanku dari tempat penyembelihan hewan kurban. Proses pemasakan daging kurban aku lakukan sebisa saja. Bumbu yang aku racik sendiri membuat aku ragu untuk memasak daging tersebut. daging tersebut mulai di masak walaupun sedikit ragu dengan hasil dan rasa yang di hasilkan. Setelah proses memasak selesai, aku dan sepupuku mencoba untuk mencicipinya. Dan ternyata “ mmmmm ma’nyuuuus” sadap, enak dan lezat. Inilah akhir dari cerita dengan menyantap masakan yang ueeeenaak. Kenikmatan yang tiada dua.
THE END
mungkin kurang menyenangkan tp perlu dibaca
BalasHapus